Rabu, 10 November 2010

kenangan

evaluasi

1
EVALUASI PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PRIMER
DI RUANG MARANATA I RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
Presidentiyas Bimo T
ABSTRACT
Background: The demand of nursing service motivates the management of Mardi
Rahayu Hospital Kudus to have a try on MPKP implementation on November 2007. It
is possible that MPKP facilitates professional nurses in giving care to patients.
Professional service emphasizes on nurse quality work focusing on professionalism
such as the implementation of SAK which is expected to decrease INOS incidents
and improve service quality which will give effect on patient satisfaction.
Objective of Research: The research is aimed to evaluate the implementation of
Professional Nursing Practice Model in Maranata I Ward of Mardi Rahayu Hospital
Kudus covering SAK implementation, INOS incidents, and patient satisfaction level
Method of Research: This research is a descriptive explorative research. The
subjects of this research were patients treated in Maranata I Ward from admission
until discharge with 38 respondents. The data were collected using check list
observation document of SAK implementation, observation on INOS incidents and
questionnaires of patient satisfaction. The data analysis was taken with frequency of
distribution.
Result of Research: The result of distribution frequency on SAK implementation
found 92.1% of good result and 7.9% of medium result. In case of patient
satisfaction, the study found 52.6% of patients were satisfied and 47.4% were
unsatisfied and nosocomial infection incidents were found to be 2.6%.
Conclusion: The implementation of MPKP in giving nursing care brings positive
effect on implementation of SAK, INOS incidents and patient safety level.
Keywords: MPKP, SAK, nosochomial infection, patient satisfaction level
ABSTRAK
Tuntutan terhadap pelayanan keperawatan mendorong manajemen rumah sakit
Mardi Rahayu Kudus menguji cobakan penerapan MPKP mualai bulan Nopember
2007. Metode MPKP dimungkinkan memfasilitasi profesionalisme perawat
profesional dalam memberikan asuhannya bagi pasien. Pelayanan yang profesional
sangat menekankan kulitas kenerja perawat yang berfokus pada profesionalisme
1
2
diantaranya dengan penerapan SAK yang diharapkan dapat menekan kejadian
INOS, meningkatkan kualitas pelayanan yang berdampak pada kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional di ruang Maranata I rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
yang meliputi penerapan SAK, kejadian INOS dan tingkat kepuasan pasien.
Penelitian ini adalah penelitian deskripsi eksploratif. Subyek dalam penelitian ini
adalah pasien yang dirawat di ruang Maranata I dari masuk sampai keluar rumah
sakit dengan jumlah 38 responden. Pengumpulan data mengunakan chek list
obesrvasi dokumen penerapan SAK, onservasi kejadian INOS dan kuesioner
kepuasan pasien. Analisa data yang dgunakan secara distribusi frekuensi.
Hasil distribusi frekueensi untuk penerapan SAK 92,1% dengan hasil baik,
7,9% dengan hasil sedang. Untuk tingkat kepuasan pasien 52,6% puas, 47,4% tidak
puas. Kejadian infeksi nosokomial diperoleh hasil 2,6 %. Penerapan MPKP dalam
pemberian asuhan keperawatan berdampak positif terhadap penerapan SAK,
kejadian INOS dan tingkat kepuasan pasien.
Kata kunci : MPKP, SAK, infeksi nosokomial, kepuasan pasien
PENDAHULUAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang profesional
merupakan praktek keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu
mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain,
pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap
kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan asuhan keperawatan
yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen yang memungkinkan
diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan perawatan
yang profesional di rumah sakit.
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilainilai
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP telah dilaksanakan dibeberapa negara , termasuk rumah sakit di Indonesia
sebagai suatu upaya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhan
keperawatan melalui beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan
3
profesional yang sistematik. Penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit
pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui
penerapan standar asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan merupakan pernyataan kualitas yang diinginkan
dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap klien. Untuk menjamin
efektifitas asuhan keperawatan pada klien, harus tersedia kreteria dalam area
praktek yang mengarahkan keperawatan mengambil keputusan dan melakukan
intervensi keperawatan secara aman. adanya standar asuhan keperawatan
dimungkinkan dapat memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidenfikasi
ukuran dan penilaian akhir. Standar asuhan keperawatan dapat meningkatkan dan
memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan yang berkualitas yang berdasarkan standar dimungkinkan juga dapat
menekan angka kejadian infeksi nosokomial.
Penekanan angka kejadian infeksi nosokomial merupakan bagian dari tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhannya. Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang terjadi atau didapat selama dirawat dirumah sakit. Infeksi nosokomial
merupakan infeksi yang tidak terjadi atau tidak dalam masa inkubasi pada pasien
masuk rumah sakit. Kejadian Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan yang juga mempengaruhi tingkat kepuasan pasien sebagai
penerima jasa pelayanan.
Kepuasan pasien di rumah sakit bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah
pengalaman pasien dimasa lalu, situasi psikis saat itu, dan pengaruh lingkungan.
Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien menunjukan semakin sempurna pelayanan
yang diberikan pada pasien dan sebaliknya. Informasi kepuasan pasien, bagi
manajemen rumah sakit akan memberikan gambaran seberapa bermutu pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan model
Praktek Keperawatan Profesional di ruang Maranata I rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus berdampak pada penerapan standar asuhan keperawatan, kejadian infeksi
nosokomial dan tingkat kepuasan pasien.
4
METODE
Desain penelitian ini adalah deskripsi eksploratif dimana penelitian ini untuk
memaparkan gambaran penerapan MPKP di ruang Maranat I rumah sakit Mardi
Rahayu Kudus, meliputi penerapan SAK, tingkat kepuasan pasien dan kejadian
infeksi nosokomial.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien dewasa yang dirawat di ruang
Maranata I yang dirawat dirawat lebih dari 3 dan kurang dari 1 bulan. Penelitian
dilakukan pada tanggal 04-31 Oktober 2009 sejumlah 38 responden
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan analisa secara discriptif dengan
menggunakan alat bantu komputer program SPSS 11.5 dan ditampilkan dalam
bentuk distribusi frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Ruang Maranata I
Ruang Maranata I mengujicobakan penerapan MPKP tingkat pertama mulai
bulan Nopember 2007. Kapasitas ruang Maranata I sebanyak 27 tempat tidur
yang dibagi kelas utama sebanyak 11 tempat tidur dan kelas I sebanyak 16
tempat tidur. Ruang Maranata I dalam penerapan MPKPnya dibagi menjadi tiga
tim, untuk pembagian tim didasarkan tempat tidur yang terdekat. Ruang
Maranata I memiliki jumlah tenaga sebanyak 28 tenaga yang terdiri 4 tenaga
dengan latar belakang S1, 23 tenaga perawat dengan latar belakang DIII dan 1
tenaga dengan latar belakang SMA. Menurut jenis tenaga, tenaga Maranata I
terbagi atas 1orang kepala jaga, 1 orang clinical care manager (CCM) dengan
latar belakang S1, 2 Perawat primer dengan latar belakang S1 dan 1 orang
dengan latar belakang DIII, 21 perawat asosiet dengan 20 tenaga berlatar
belakang pendidikan DIII dan 1 orang tenaga dengan latar belakang S1, 1 tenaga
atministrasi dengan latar belakang pendidikan SMA.
B. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Hasil observasi dokumentasi keperawatan terahadap 38 responden, 35
dokumen pasien (92,1 %) sudah baik, 3 dokumen pasien (7,9%) kurang baik dan
tidak ada dokumentasi perawat yang menunjukan nilai kurang. Ruang Maranata I
yang telah menerapkan MPKP selama 2 tahun dibagi menjadi 3 tim yang
masing-masing bertanggung jawab terhadap 9 pasien yang didasarkan pada
letak tempat tidur yang berdekatan belum berdasar tingkat ketergantungan
pasien, sehingga suatu saat ada tim yang menangani perawat total care lebih
dibanding dengan tim yang lainnya.
5
Masing-masing tim terdapat perawat primer yang bertanggung jawab
terhadap pasien dari masuk sampai dengan pasien pulang. Pendidikan perawat
primer pada ruang Maranata I adalah 2 perawat dengan latar belakang S1 dan 1
dengan latar belakang DIII berpengalaman 20 tahun. Hal ini menunjukan belum
seluruhnya perawat primer di ruang Maranata I mempunyai latar belakang S1,
semestinya pada penerapan MPKP tingkat pertama diperlukan perawat primer
dengan latar belakang pendidikan S1 yang mampu menganalisa masalah pasien
dan dapat menentukan permasalahan pasien baik masalah aktual maupun
masalah potensial.
Di ruang Maranata I ada tiga perawat primer untuk tiga tim yang ada.
Perawat primer di ruang Maranata I ini selalu berjaga pagi, begitu pula CCM
sehingga apabila perawat primer mengalami kendala dalam merencanakan
permasalahan pasien ada CCM yang dapat diajak untuk diskusi dalam membuat
perencanaan. Perawat primer sebaiknya hanya bertugas pada pagi atau sore
hari saja karena bila bertugas pada malam hari, perawat primer akan berlibur
beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan pasien.
Dokumentasi perawat merupakan suatu catatan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan, untuk menentukan diagnosa keperawatan, menyusun
rencana keperawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun
secara sestematis, valid , dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan
hukum. Hal pendokumentasian oleh perawat ruang Maranata I yang saat ini
menerapkan MPKP telah diusahakan sedemikian untuk selalu
mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah
kesehatan pasien dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi sampai evaluasi walaupun belum dapat 100 %
sesuai dengan standar pendokumentasian.
Penerapan SAK pada pengkajian keperawatan dengan adanya pengisian
pengkajian, terdapat (22,02%) dokumen yang belum lengkap yang mencakup
pengkajian meliputi pemeriksaan fisik sebanyak 1,05%, pengkajian meliputi pola
hidup klien sebanyak 0,52% , pengkajian meliputi status psikososial-spiritual klien
sebanyak 1,05%, pengkajian lengkap dilakukan dalam 24 jam setelah klien
masuk sebanyak 4,7% dan pengkajian lengkap dilakukan oleh perawat yang
bertanggungjawab terhadap klien tersebutsebanyak 14,7%. hal ini menunjukan
pengisian pengkajian belum sesui dengan teori dalam penerapan MPKP, dimana
kelengkapan pengkajian selama 24 pertama menjadi tanggungjawab perawat
primer sebagai manajemen dalam pemberian asuhan keperawatan pasien yang
digunakan sebagai acuan untuk merumuskan masalah pasien. jadi pada
6
dasarnya masih terdapat kelemahan perawat dalam penulisan dan kemampuan
analisa bila memiliki landasan pengetahuan yang baik tentang kasus yang
dihadapi, kemampuan perawat berpikir kritis dan waktu yang cukup dalam
melakukan pengkajian pada pasien. Kemampuan seperti ini tidak muncul dengan
sendirinya tetapi harus dilatih dan berada dalam kondisi yang mendukung. Salah
satu sarana yang dapat dimanfaatkan adalah dibahasnya kasus-kasus pasien
dalam diskusi perawat, penyegaran materi-materi dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Penerapan SAK pada tahap diagnosa keperawatan (7 %) belum sesuai
pioritas masalah, (10 %) belum mencakup psikis pasien dan (5,2 %) diagnosa
keperawatan belum mencakup masalah pengetahuan pasien. Bekal utama
dalam tahap ini yaitu kemampuan dalam menganalisa setiap respon yang
muncul pada pasien. Permasalahan yang perlu diatasi pada masalah pasien
adalah penyelesaian masalah secara holistik yang mencakup masalah bio-psikososio-
spiritual pasien, menginggat permasalahan kesehatan klien sangat
dipengaruhi dan mempengaruhi aspek-aspek tersebut.
Didalam membuat perencanaan asuhan keperawatan, ruang Maranata I
memiliki standar asuhan keperawatan yang terkelompok atas beberapa sistem.
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan salah satu unsur karakteristik
penerapan MPKP sehingga mengurangi waktu untuk menulis dan dengan
adanya standar asuhan keperawatan dan dimungkinkan asuhan keperawatan
yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan. Penetapan
perencanaan keperawatan pasien merupakan tanggung jawab perawat primer
dan diperlukan suatu pemahaman yang baik tentang penulisan tujuan, kriteria
dan rencana tindakan keperawatan . Dari hasil penelitian terdapat (52,6 %)
perencanaan untuk mengatasi masalah pasien baik aktual maupun potensial
ditetapkan oleh perawat asosiet, yang seharusnya ditetapkan oleh perawat
primer sebagai manajemen dalam pemberian asuhan keperawatan, terutama
dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan.
Perawat primer dan perawat asosiet dalam memberikan tindakan
keperawatan baik tindakan observasi, kolaborasi yang dilakukan perawat primer,
tindakan pemberian terapi medis, memberikan pendidikan kesehatan telah
didokumentasikan termasuk respon pasien yang muncul. Untuk tindakantindakan
terapi perawat seperti mengajari relaksasi, mengajari batuk efektif,
mengatur posisi yang nyaman perawat Maranata I (47,3%) belum
mendokumentasikan dalam catatan perkembangan pasien. Pedokumentasian
yang benar seharusnya sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan
7
karena dokumentasi perawat mempunyai fungsi untuk menghindari kesalahan,
tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan,
dengan pendokumentasian yang benar juga untuk membina koordinasi yang baik
dan dinamis antara sesama perawat atau pihak lain melalui komunikasi tulisan,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan, terjaminnya kualitas
asuhan keperawatan, perawat mendapat perlindungan dalam hukum dan juga
sebagai data otentik bagi penelitian.
Setiap hari perawat primer melakukan evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya
dan didokumentasikan dengan baik, termasuk melihat evaluasi yang dilakukan
perawat asosiet pada saat perawat primer tidak ada. Setiap evaluasi yang belum
teratasi oleh perawat primer dilakukan perencanaan lanjutan untuk mengatasi
permasalahan pasien. Penerapan SAK pada tahap evaluasi ( 92,1%) perawat
primer sudah mengevaluasi dengan baik
C. Kejadian Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat pasien selama
dirawat dirumah sakit minimal 3X24 jam dengan batasan-batasannya.
Pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi nosokomial merupakan bagian
dari tugas perawat profesional yang meliputi : Memberikan pendidikan mengenai
pencegahan dan pengendalian infeksi, melaksanakan prosedur isolasi yang
tepat, mengumpulkan stastistik mengenai kejadian Infeksi Nosokomial. Bersama
departemen lain menyelidiki kejadian infeksi yang tidak lazim dan idenfikasi
masalah kontrol infeksi pada peralatan juga merupakan cara pengendalian
kejadian infeksi. Pengendalian infeksi dapat menjadi sumber untuk
mengendalikan kejadian infeksi nosokomial.
Di ruang Maranata I dalam melakukan tidakan keperawatan seperti
pemasangan infus telah sesui dengan SOP yang sudah ada. Pada setiap pasien
yang terpasang infus secara rutin setiap dua hari sekali dilakukan dresing dan
untuk hari ke 4 dilakukan pengantian lokasi pemasangan infus. Oleh perawat
asosiet pasien–pasien yang mengalami total care secara rutin dilakukan alih
baring secara terjadwal, perawatan personal higine termasuk mandi, oral higine,
perawatan DC, perawatan rambut, dan perawatan invansif lainnya.
Perawat primer selalu mengevaluasi tindakan perawat asosiet yang telah
dilakukan dan selalu mengingatkan agar dalam melakukan tindakan berdasarkan
standar yang ada, selain itu perawat primer memberikan bimbingan terhadap
perawat asosiet dalam melakukan iplementasi ke pasien dimana pengembangan
8
perawat profesional selalu menekankan kualitas kinerja perawat berdasarkan
dengan standar.
Ruang Maranata I adalah ruang Kelas Utama dengan kapasitas 1 pasien
dan Kelas I yang berkapasitas 2 orang sehingga untuk penularan infeksi dari
pasien lain sangatlah minim. Untuk pasien pasien yang memerlukan isolasi,
ruang Maranata I menepatkan pasien pada ruang dengan kapasitas 1 pasien
atau menjadikan pasien dengan kasus yang sama pada kamar yang
berkapasitas 2 pasien. Alat-alat penunjang yang dipakai pasien seperti spuit
untuk injeksi adalah spuit yang diposibel. Untuk kelas pasien yang menular alat
alat yang diperlukan disendirikan begitu juga untuk termometer pasien diberikan
satu pasien satu dan tidak dipakai untuk pasien lainnya.
Dalam pengolahan limbah atau sampah ruangan maranata I sudah
melakukan pembagian sesuai jenisnya, baik sampak medis dan nonmedis,
sampah infeksius dan sampah noninfeksius. Setiap bulan kepala ruang merekap
kejadian INOS dan melaporkan ke panitia INOS rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus. Apabila terjadi kejadian INOS yang dialami oleh tenaga perawat yang ada
di ruang Maranata I, kepala ruang melakukan pelaporan ke panitian K3, dan
bersama panitia K3 melakukan tindak lanjutan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dapat diaplikasikan di
rung Maranata I yang telah menerapkan MPKP dan kejadian infeksi
nosokomialpun dapat ditekan hal ini terlihat dari hasil analisa terhadap 38
responden pada tanggal 4-31 Oktober 2009 hanya terjadi terhadap 1 responden
(2,6%).
D. Tingkat Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien menjadi tujuan pelayanan kesehatan dan indikator mutu
dari rumah sakit. Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar 23 responden
(52,6%) puas terhadap tindakan keperawatn yang diterimanya. 18 (47,4%)
responden merasa tidak puas. Hal ini dapat terjadi karena penilaian kepuasan
pasien seseorang bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien adalah pengalaman masa
lalu, pendidikan, situasi psikis saat itu dan pengaruh lingkungan.
Kepuasan pasien merupakan kontruksi multidimensi, terdiri dari banyak
atribut yang berbeda antara satu dengan lainya, meliputi : Tangibels,
9
comuninattions, copetence, Access to the faccility, Courtesy, Understanding,
Responsiveness Reability, Empaty.
Perawat primer telah melakukan kontrak pada pasien mulai dari pasien
masuk, selain itu perawat primer atau perawat asosiet memperkenalkan diri
sebagai perawat yang bertanggung jawab selam pasien dirawat dan juga
menjelaskan fasilitas ruangan dan peraturan yang berlaku di ruangan tersebut.
Hal tersebut merupakan aplikasi teori penerapan MPKP dimana kontrak pada
awal pasien merupakan penghormatan harkat dan martabat manusia dan
menjadikan pasien sebagai mitra dalam memberikan asuhan keperawatan.
Tindakan perawat yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh perawat
primer, karena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan
kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori yang tinggi. Perawat
primer juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung
jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim. Dalam
pemberian pelayanan perawat primer dibantu oleh perawat asosiet.
Hasil kuesioner didapatkan pasien yang dirawat di ruang Maranata I
sebagian besar sudah puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat adapun
jenis pelayanan yang diberikan seperti perhatian perawat terhadap keluhan
pasien, respon perawat pada saat pasien memanggil lewat bel, waktu yang
diberikan perawat untuk mendengarkan keluhan pasien, informasi yang akan
perkembangan kondisi pasien, penjelasan perawat setiap prosedur yang akan
dilakukan perawat, suport perawat terhadap pasien dalam menghadapi
penyakitnya, sopan santun dan pemberian, salam pada awal dan akhir
pertemuan serta mengenali nama pasien. Dalam pemberian obat diberikan tepat
waktu dan sebelumnya dijelaskan tentang jenis dan fungsi obat serta efek
samping obat, perawat juga mengevaluasi obat yang telah diberikan.
Kepuasan pasien ruang Maranata I diupayakan juga dengan didukung
fasilitas-fasilitas yang disediakan di rumah sakit diantaranya paket mandi, air
putih dan air panas sehingga pasien tidak perlu membeli di luar rumah sakit,
pispot, urinal yang bersih dan siap pakai di kamar mandi, karena ruang Maranata
I ini adalah kelas I dan kelas utama, fasilitas yang disediakan TV, AC, Internet,
dan kartu prosimiti yang dapat digunakan pengunjung keluar masuk ruang
maranata I tanpa menunggu jam besuk. Ruang Maranata I adalah ruang dengan
kelas utama dan kelas satu sehingga tuntutan pelayanan yang diharapkan
pasien adalah lebih mengingat biaya yang mereka keluarkan tidak sedikit
dibanding kelas II dan kelas III.
10
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang dampak penerapan MPKP di ruang Maranata I
sebagai ruang yang menerapkan MPKP, penerapan SAK dari 38 responden
diperoleh hasil 35 (92,1%) sudah baik dan 3 (7,9%) dengan hasil sedang. Untuk
tingkat kepuasan pasien, masih 47,4% responden masih tidak puas dengan
pelayanan keperawatan yang diberikan. Kejadian INOS diperoleh 1 (2,6%)
responden yang mengalami Infeksi Nosokomial.
Jumlah tenaga, SDM perawat dapat mempengaruhi penerapan SAK,
pelatihan dan studi kasus dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
tingkat kepuasan dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Poter dan perry. Fundamental keperawatan. Jakarta:EGC. 2005.
2. Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC. 2006.
3. Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2004.
4. Ratna. Yulia. Implementasi Metode Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit. Jakarta: EGC. 2005.
5. Ratna.S. Metode Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta:
EGC. 2005.
6. Arif N. Model Praktek Perawatan Profesional. Semarang: Materi Konfrensi
Nasional III Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2006.
7. Depkes RI, Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen
Yan Medik depkes. 1995.
8. Yohana R. Standar Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia.2009. 2
September. Htpp//www.inna.ppni.or.id/index
9. Suhartini. Anggorowati. Irwan. Analisis Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Semarang. Media Ners. Volume 1. No 01.2007.
22-26.
10. Bruner. Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1.Jakarta: EGC. 2002.
11. Panitia Pengendalian INOS Rs Karyadi/ KK UNDIP. Pedoman Pengendalian
Infeksi Nosokomial. Semarang: BPUD. 2004.
12. Kepuasan Pasien Terhadap Rumah Sakit. 2007.28 Desember. http.// Klinis.
Wordpress. Com.
13. Ratmatsjah S. Meningkatkan Mutu Rumah Sakit. PERSI. Vol 03. 2003. 23
- 28.
11
14. Zaidin Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarata: Wida Medika.
2002.
15. Rizka. Infeksi Nosokomial. 2009. 10 Januari. http// riska.1080. wordpress.
Com.
16. Irawan. Handi D. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Gramedia.
2003.
17. Nursalam,Siti Pariani, Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan,
Jakarta: CV Sugeng Seto, 2001.
18. Nursalam. Konsep Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika, 2003.
19. Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jakarta: Graha Ilmu,
2007.
20. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika . 2007.
12