Rabu, 30 Maret 2011

• MEMANDIKAN & VULVA HIGIENE
• بسم الله الر من الر حيم
• Biasakan baca do’a sebelum melakukan sesuatu
• Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan memandikan dan vulva higiene?
2. Apa tujuan melakukan asuhan keperawatan memandikan dan vulva higiene?
3. Bagaimana cara melakukan tindakan asuhan keperawatan mamandikan dan vulva higiene yang baik dan benar?
A. Memandikan pasien di atas tempat tidur.
• Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur. Atau suatu tindakan membersihkan seluruh tubuh pasien yang terbaring di atas tempat tidur.
• Atau dapat juga diartikan sebagai tindakan keperawatan dilakukan pada pasien yang tidak mempu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur.
• Tujuan :
Menjaga kebersihan tubuh, menghilangkan bau badan.
Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang mati, dan bakteri.
Meningkatkan perasaan segar dan nyaman bagi pasien.
Mengurangi infeksi akibat kulit kotor.
Memperlancar sistem peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan otot.
Memberikan kesempatan pada perawat untuk mengkaji kondisi kulit pasien.
Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya memungkinkan.
Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali sehari dengan kondisinya.
• Alat dan bahan Memandikan
• 2 buah handuk mandi (satu untuk wajah dan satu untuk bagian tubuh yang lainya)
• 6 buah waslap.
• Sabun
• 2 buah Baskom untuk air mandi
• Selimut mandi untuk menutup tubuhpasien
• Air hangat (43-46 c)
• Lotion, bedak, deodoran.
• Pakaian bersih sesuai kebutuhan
• Alat tenun tambahan
• Urinal atau pispot
• Persiapan pasien :
– Pasien diberi penjelasan dan dianjurkan untuk BAK atau BAB dulu (bila pasien sadar)
– Jika kondisi memungkinkan, libatkan pasien untuk melakukan tindakan
– Dalam melakukan tindakan perawat harus memperhatikan keamanan dirinya sendiri dengan memakai schort, handschoen ataupun masker.
• Prosedur kerja Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
– Periksa rekam medik pasien tentang adanya hal-hal khusus yang berkenaan dengan pergerakan dan posisi pasien.
– Jelaskan prosedur mandi, kaji kemampuan fisik pasien untuk membantu.
– Persiapkan alat-alat dan atur posisinya di samping tempat tidur, pindahkan peralatan yang tidak diperlukan.
– Pintu, jendela atau gorden ditutup untuk mencegah angin yang berlebihan dan jaga privasi pasien, gunakan sampiran bila perlu.
– Cuci tangan, gunakan schort, handschoen atau pun masker.
– Atur tinggi tempat tidur dan Bantu pasien pada posisi berbaring yang nyaman.
– Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih dibutuhkan, bantal digunakan seperlunya.
– Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien.
• Lanjutan . . . . . . .
– Lepaskan pakaian atas pasien. Bila ekstremitas luka, pelepasan pakaian dimulai dari bagian yang tidak luka. Bila pasien memakai infus atau tabung intravena, lepaskan baju dari lengan yang tidak terdapat infus terlebih dahulu, kemudian turunkan tabung infus, keluarkan infus dari lengan baju, dan pasang kembali tabung infus. Tutup badan pasien dengan selimut mandi.
– Periksa aliran dan kecepatan tetesan inpus,
– Bila mungkin, angkat bantal dan naikkan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 C
– Masukan tangan perawat pada waslap.
– Lakukan tindakan memandikan pasien yang diawali dengan membentangkan handuk di bawah kepala, kemudian bersihkan muka, telinga, dan leher dengan waslap. Keringkan dengan handuk.
– Kain penutup diturukan, kedua tangan pasien diangkat dan pindahkan handuk di atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan kedua tangan ke posisi awal diatas handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air bersih. Keringkan dengan handuk.
– Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di sisi pasien, bersihkan daerah dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk
– Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung sampai glutea dan basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama.
– Kemudian kembalikan pasien pada posisi terlentang dan pasangkan pakaian dengan rapi.
– Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh didahulukan dan keringkan dengan handuk.
– Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia
– Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi.
– Alat dibereskan, lingkungan diatur kembali.
– Cuci tangan.
• Vulva Higiene
• Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.
• Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
• Tujuan :
• Untuk mencegah infeksi
• Untuk penyembuhan luka jahitan perineum
• Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
• Persiapan Alat :
• Kapas sublimat
• Alas pantat
• Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
• Betadin dan kain kasa
• Pispot
• Pinset
• Sarung tangan
• Bengkok
• Penatalaksanaan :
• Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
• Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
• Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
• Perawat mencuci tangan
• Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
• Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
• Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
• Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
• Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka libia minora. Vulva dibersihkan mulai dari libia minora kiri, libia minora kanan, libuia mayora kiri, libia mayora kanan, vestibulum, perineum.
• Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
• Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
• Jahitan perineum dikompres dengan betadin
• Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
• Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula
• Terima kasih....
Semoga bermanfaat bagi kita semua
dan bisa melakukan prakteknya dengan baik.
Amin.......!
PENYUSUN KELOMPOK 3 :
GITA AGUSTINA MUNGGARAN
HERDI HERMAWAN
HILMI FAUZIAH
IKHSAN SYARIF
IMAS CINCIN
IMAS PUPAH
ININ SUCI L
JUNI SETIAWAN
Konsep Teori Leininger
Tahun 1991,definisi yang lebih berorientasi untuk konsep :

culture, cultural care, cultural care diversity, cultural care universality, nursing, worldview, dimensi struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory, generic (folk or lay) care system, sistim perawatan profesional, kesehatan, care/caring, culture care preservation, accommodation dan repatterning

Budaya : keseluruhan nilai, kepercayaan, norma, dan cara hidup yang dipelajari, dibagi dan ditransmisikan dalam kelompok tertentu yang menuntun mereka dalam berpikir, mengambil keputusan dan bertindak dalam pola tertentu.
Melekat dalam : bahasa, agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi, lingkungan.

Development of the theory
Dikembangkan Terutama sekali untuk menemukan jalan dan maksud dalam memberi kepedulian terhadap masyarakat yang mempunyai nilai-nilai berbeda dan jalan hidup masing-masing.
Di desain untuk memandu perawat dalam menyediakan pelayanan keperawatan
Teori ini tidak hanya berpusat pada interaksi perawat-klien tetapi berfokus juga meliputi kepedulian keluarga, kelompok, masyarakat, kultur dan institusi


Teori Leininger dan Paradigma Keperawatan
Leininger mengkritisi empat konsep keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan

Manusia : seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya
Kesehatan : konsep yang penting dalam perawatan transkultural

Lingkungan tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori M. Leininger

Keperawatan. Beliau menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu Cultural care preservation, accomodation dan repatterning

Kasus
Seorang wanita bersuku jawa, bernama Ny M berumur 61 tahun, pendidikan terakhir S1 dengan gelar Spd, masuk rumah sakit 3 hari yang lalu karena stroke dan sedang dalam masa pemulihan. Sekarang dia menderita kelemahan pada tubuh bagian kiri. Dia dirawat di RS B dikelas 1 dengan 1 orang pasien lainnya.
Sebelum dia masuk rumah sakit karena stroke Ny M memelihara rumahnya sendiri dan cukup mandiri. Dia merupakan wanita yang ulet dan mandiri serta percaya dengan kemampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia juga aktif dalam berpolitik. Rumahnya berada di lingkungan tempat tinggal yang masih memegang kepercayaan tradisional yaitu tidak boleh merubah bentuk rumah sehingga daerah itu mempunyai nilai historis.

PEMBAHASAN
Pengkajian
Dikaji berdasar aspek-aspek yang biasanya melekat dalam budaya antara lain:
- Kinship dan struktur sosial: janda dengan dua anak, aktif dalam kelompok lansia dan menjadi tenaga sukarela bagian administrasi ditempatnya bekerja 1x seminggu
Professional: dokter merupakan kepala tim dan profesi lainnya juga merupakan bagian dari tim.
Keperawatan: juga bagian dari tim, mengidentifikasi kebutuhan perawatan makan yaitu kebutuhan ADL

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan dari area Diversity dan Universality yang belum terpenuhi, termasuk kebutuhan akan kemandirian akan mobilitas, makan, BAB, BAK dan kebutuhan interaksi dengan orang lain dalam kelompok lansia

PERENCANAAN
Pemberian perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care preservation), pengakomodasian perawatan berdasarkan kebudayaan, restrukturisasi perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care repatterning) atau kombinasi dari ketiga-tiganya

IMPLEMENTASI
1. Pemeliharaan (preservation): membantu Ny M melakukan hubungan dengan anggota kelompok lansia yang lain.
2. Akomodasi: membantunya dalam belajar menggunakan alat bantu jalan.
3. Repatterning: menemaninya makan dengan menggunakan tangan k

EVALUASI
Apakah sudah terpenuhi cultural diversity dan universality?
Apakah Ny M bisa memandang dirinya untuk melanjutkan kemandirian?


KESIMPULAN
1. Teori Leininger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang.
2. Teori Leininger telah diusahakan untuk dapat diaplikasikan ke dalam berbagai budaya oleh penemunya yaitu Madeleine M. Leininger.
3. Kekuatan utama dari teori ini adalah pentingnya pengenalan budaya dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.
4. Teori Leininger sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya.
6. Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada klien/ keluarga klien akan membantu kelancaran pengobatan.

SARAN :
1. Hendaknya ada pemberian informasi yang jelas dari perawat kepada klien, sehingga tidak ada suatu penolakan klien dalam pengobatannya.
2. Walaupun klien termasuk orang yang berpendidikan dalam medis, hendaknya klien menerima anjuran yang diberikan dokter yang menanganinya.
3. Seharusnya perawat lebih memperhatikan kebutuhan klien.

References :
o www.madeleine-leininger.com
o www.fik.ui.edu
o matsum.blogspot.com/2008/05/penerapan-teori-madeleine-leininger
o nursingart.blogspot.com/2008/07/nursing-theory
OKSIGENASI

A.Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.


B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Stuktur Sistem Pernafasan
1. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring.
Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
Faring. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
Laring. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.


Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

2. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

b. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

C. ETIOLOGI

a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
5. kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.


D. FISIOLOGI PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis)
4. Depresi SSP / Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
Maturasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.
F. BATASAN KARAKTERISTIK

MAYOR
• Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
• Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
• Dispnea pada usahan napas
• Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
• Peningkatan laju metabolik
• Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
MINOR
• Ortopnea
• Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
• Pernafasan sukar / berhati-hati
• Bunyi nafas abnormal
• Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
• Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut,
condong kedepan)
• Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
• penurunan isi oksigen
• Peningkatan kegelisahan
• Ketakutan
• Penurunan volume tidal
• Peningkatan frekuensi jantung
(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 – 387)
G. Manifestasi Klinik
- suara napas tidak normal.
- perubahan jumlah pernapasan.
- batuk disertai dahak.
- Penggunaan otot tambahan pernapasan.
- Dispnea.
- Penurunan haluaran urin.
- Penurunan ekspansi paru.
- Takhipnea


H. Fokus Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Masalah keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
- apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
- bagaimana frekuensi setiap kejadian?

3. Riwayat kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah.
4. Gaya hidup
- merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.



b. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital.
3. Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger.
4. Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut.
5. Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
6. Vena leher
- adanya distensi / bendungan.
7. Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8. Pola pernapasan
- pernapasan normal(eupnea)
- pernapasan cepat (tacypnea)
- pernapasan lambat (bradypnea)

c. Pemeriksaan penunjang
- EKG
- Echocardiography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi

I. Intervensi
1. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental.
Tujuan : pola nafas lebih efektif dan kembali normal.
Kriteria Hasil : sesak nafas berkurang/hilang, RR 16-24 x/menit, Tak ada wheezing
Intervensi umum :
Mandiri
- Kaji faktor penyebab.
- Kurangi atau hilangkan faktor penyebab.
- Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
- Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk.
- Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
- Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika ada kontraindikasi).
- Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat.
Kolaborasi
- Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna mempertahankan kepatenan jalan napas.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula hidung, dan transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.
Rasional
- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronchitis.
- Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas.
- Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar.
- Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilas alveolar.
- Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.
- Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
- Nyeri atau rasa takut akan nyari dapat melelah dan menyakitkan.
Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier. Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3. Salemba:Medika.
Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC: Jakarta
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika: Jakarta
Diposkan oleh ReYni Teen di 13.55

OKSIGENASI
1. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.

2. SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.

Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :

1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.

2). Perfusi Paru

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.

3). Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Anatomi paru

Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.

2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).

Gambar 1. Lobus Pulmo Sinistra dan dekstra. (Syaifuddin, 1997)

Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.

Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).

Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam Alveoli. (Pearce. E. C, 2002)


3. SISTEM KARDIOVASKULER

a. Struktur dan letak jantung

Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium” dan bagian bawah disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan satu ventrikel. Atrium dan ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup (valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub mitral atau katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)

Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.

Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium (lapisan dalam/endotel).
Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamar jantung, sesuai petunjuk anak panah

b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan kembali ke atrium kanan yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.

Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan vena tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3 detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan kuat.

Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150 kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).

Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah melalui system kardiovaskuler

4. HEMATOLOGI
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.

Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru

2. Faktor Perkembangan

1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Prilaku

1. Nutrisi
misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner
4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi pusat pernafasan
5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan

1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut


6. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah sebagai berikut :

1. Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium.

7. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.


3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya

penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f. Kerusakan / gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.
Fisiologi Sistem Respirasi

Deskripsi

Sistem respirasi terdiri dari cavum nasal (rongga hidung), pharynk, larynk, trakhea, bronkhus, bronkhioli, bronkhioli terminalis, bronkhioli respiratorius, duktus alveoli dan alveoli pada paru-paru.

Saat udara melewati jalan nafas maka terjadi penghangatan oleh dinding mukosa yang banyak mengandung kapiler, humidifikasi (pelembaban) dan filterisasi (penyaringan) oleh bulu hidung, mukus dan silia.

Mikroorganisme patogen yang masuk bersama udara dan tidak tersaring pada jalan nafas akan berakhir pada alveoli dan dibasmi oleh makrofag alveoli.

Fungsi utama sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan membuang karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa.

Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan yaitu :

1. Ventilasi
2. Difusi
3. Transportasi

Ventilasi
Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.
Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.


Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).

Ventilasi dipengaruhi oleh :

1. Kadar oksigen pada atmosfer
2. Kebersihan jalan nafas
3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru
4. Pusat pernafasan

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.

Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Difusi dipengaruhi oleh :

1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi*
4. Perbedaan tekanan parsial


Transportasi

Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).


b. Tenggorokan (Trakhea)
Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan (trakhea). Tenggorokan merupakan sebuah saluran yang panjangnya kira-kira 9 cm. Pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan. Ujung trakhea bercabang menjadi dua bagian. Cabangcabang ini disebut bronkus. Bronkus kanan menuju paru-paru kanan. Bronkus kiri menuju paru-paru kiri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada seseorang yang kurang terlatih atau tidak terlatih curah jantung dapat meninggi selama waktu bekerja dari 4,5 L sampai 12 L per menit. Pada atlit yang terlatih curah jantung yang dicapai dapat setinggi 25-30 L per menit. Bila jantung harus melakukan kerjanya pada keadaan-keadaan yang lebih sulit, mekanisme konpensasi ini tidak cukup lagi, maka akan timbul gagal jantung dan karena fungsi jantung tidak lagi dikonpensasi maka ini disebut dekompensasi kordis (gagal jantung).
Gejala pertama pada umumnya adalah sesak nafas, penderita akan menyedari pada saat menaiki tangga dan menaiki tangga kapal terbang yang sebelumnya tidak pernah menimbulkan kesuliatan baginya dan akan menimbulkan perasaan yang tidak enak seolah-olah tidak cukup udara yang masuk keparu-paru. Kadang-kadang menimbulkan dada merasa menyempit seolah-olah dadanya di ikat dengan tali jika pederita beristirahat beberapa menit sesak nafasakan menghilang. Sesak nafas itu disebut sesak nafas sewaktu kerja ( dyspnoe d’effort = exertional dyspnoe) dispnoe ini tidak disertai rasa sakit di dadda atau di lengan kiri juga tidak disertai dengan rasa cemas. Dispne hanya dapat menghilang dengan duduk tegak disebut ortopnea , kadang-kadang penderita hampir tidak mengalami dispneselama melakukan sesuatu sehari-hari yang biasa tetapi setelah makan banyak direstoran dia akan pergi tidur seperti biasa dan kemudian setelah 1-2 jam tidur biasa dia akan terbangun dengan rasa sesak yang berat disertai rasa cemas yang hebat. Dia akan duduk disamping tempat tidur atau di atas kursi didepan jendela yang terbuka untuk mendapatkan “udara segara” lebih banyak.

1.2 Rumusan masalah

- Apa yang menjadi penyebab awal pada penyakit jantung
- Akibatnya yang akan terjadi
- Pengenalan yang harus dilakukan

1.3 Tujuan

Untuk menjadikan pengetahuan yang dapat mewujudkan pemikiran yang kritis dan dapat mempermudah dalam pengenalan pada sebuah penyakit



BAB II
PEMBAHASAN
A. Gagal Jantung
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:
• penyakit-penyakit yang melemahkan otot-otot jantung,
• penyakit-penyakit yang menyebabkan kekakuan otot-otot jantung,
• penyakit-penyakit yang meningkatkan permintaan oksigen oleh jaringan tubuh diluar kemampuan jantung untuk memberikannya.
Jantung mempunyai dua atria atau serambi-serambi (atrium kanan dan atrium kiri) yang membentuk kamar-kamar jantung bagian atas, dan dua ventricles atau bilik-bilik (ventricle kiri dan ventricle kanan) yang membentuk kamar-kamar jantung bagian bawah. Ventricle-ventricle adalah kamar-kamar yang berotot yang memompa darah ketika otot-otot berkontraksi (kontraksi dari otot-otot ventricle disebut systole).
Penyakit ini merupakan salah satu dari urutan tertinggi dalam daftar penyebab kematian di negara-negara barat maupun negara Indonesia, sebab-sebab dari gagal jantung cukup banyak dan akan banyak dibicarakan kemudian. Gejala-gejala klinik sangat bervariasi dan kompleks. Dalam prakteknya sangat perlu untuk mengenal dan juga mengetahui gejala-gejala tersebut, karena pengobatan yang efektif sangat tergantung pada pengetahuan yang mendalam tentang patofisiologi.
1) Jantung mempunyai dua fungsi:
1. Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi untuk organ-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi dan pemberian makanan.
2. Fungsi lain dari jantungialah mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara dan pada saat yang bersamaan mengekresi salah satu hasil akhir metaboloisme yaitu karbon dioksida.
Curah jantung pada saat waktu istirahat kira-kira 4,5 L per menit. Hal ini diatur dengan tepat , jika pada perbedaan sedikit saja dari curah jantung antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri , misalnya perbedaan satu tetes darah setiap denyut jantung. Hal ini dalam beberapa jam akan menimbulkan gangguan dan kematian.
Pada seseorang yang kurang terlatih atau tidak terlatih curah jantung dapat meninggi selama waktu bekerja dari 4,5 L sampai 12 L per menit. Pada atlit yang terlatih curah jantung yang dicapai dapat setinggi 25-30 L per menit. Bila jantung harus melakukan kerjanya pada keadaan-keadaan yang lebih sulit, mekanisme konpensasi ini tidak cukup lagi, maka akan timbul gagal jantung dan karena fungsi jantung tidak lagi dikonpensasi maka ini disebut dekompensasi kordis (gagal jantung).
Keluhan dan gejela-gejala pada penderita:
Kasus gagal jantung kebanyakan bersipat kronis, ini berarti bahwa gejala-gejala timbul secara bertahap kadang-kadang setelah priode beberapa bulan dan beberapa tahun. Pada kasus lain dikatakan gejala-gejala timbul secara mendadak.
Gejala pertama pada umumnya adalah sesak nafas, penderita akan menyedari pada saat menaiki tangga dan menaiki tangga kapal terbang yang sebelumnya tidak pernah menimbulkan kesuliatan baginya dan akan menimbulkan perasaan yang tidak enak seolah-olah tidak cukup udara yang masuk keparu-paru. Kadang-kadang menimbulkan dada merasa menyempit seolah-olah dadanya di ikat dengan tali jika pederita beristirahat beberapa menit sesak nafasakan menghilang. Sesak nafas itu disebut sesak nafas sewaktu kerja ( dyspnoe d’effort = exertional dyspnoe) dispnoe ini tidak disertai rasa sakit di dadda atau di lengan kiri juga tidak disertai dengan rasa cemas. Dispne hanya dapat menghilang dengan duduk tegak disebut ortopnea , kadang-kadang penderita hampir tidak mengalami dispneselama melakukan sesuatu sehari-hari yang biasa tetapi setelah makan banyak direstoran dia akan pergi tidur seperti biasa dan kemudian setelah 1-2 jam tidur biasa dia akan terbangun dengan rasa sesak yang berat disertai rasa cemas yang hebat. Dia akan duduk disamping tempat tidur atau di atas kursi didepan jendela yang terbuka untuk mendapatkan “udara segara” lebih banyak.
Kadang-kadang pernapasan dapat didengar berbunyi seperti asma bronkial. Serangan sesak nafas yang mendadak pada waktu tidur ini akan menghilang tanpa pertolngolongan dokterdalam waktu 1-2 jam. Serangan ini disebut serangan jantung ( asthma cardiale) atau nama yang populer adalah paroximal nocturnal dyspne. Penderita mulai membatukan reak yang dibatukan bukan lendir yang biasa tetapi cairan yang berbuih seperti putih telor yang dikocok.
Keadaan ini akan menimbulkan kekurangan opksigen yang berat dan sianosis dan kemudian akan menimbulkan mati lemas. Bentuk dispne yang sangat berat dan sangat berbahaya ini disebut edema paru.
Gejala berikutnya dari gagal jantung adalah edema perifer. Penderita biasanya mengeluh bahwa pada waktu bangun waktu pagi kakinya masih normal, tetapi semakin siang, kaki dan pergelangan kaki bengkak dan kalauy ia membuka sepatu maka ia tidak dapat lagi mengenakkannya lalu akan mengeluh dengan perasaan berat dikakinya.
2) Nokturia

Nokturia adalah gejala yang penting pada gagal jantung. Pada pendertita diabetes mellitus juga akan mengeluarkan banyak kencing dan menderita nokturia. Jika ada peradangan dari kandung kencing (sistitis) penderita juga harus mengeluarkan kencing beberapa kali pada waktu malam hari, tetapi porsi urin sangat sedikit dan pada waktu kencing terasa terbakar dan sakit.
Pada gagal jantung selalu terdapat darah yang berlebihan di dalam sinus-sinus hati. Hati akan akan membengkak dan terasa lunak dan sakit, pinggir hati tumpul. Tanda yang penting pada kebanyakan kasus gagal jantung adalah warna biru pada kulit tangan, kaki, mukosa bibir dan pipi, ini disebut sianosis., ada dua jenis sianosis:
a) Sianosis sentral ( sianosis panas)
Jika darah tidak cukup dioksigenasi diparu-paru, misalnya oleh karena adanya cairan edema di dalam alveoli, darah yang miskin akan oksigen akan di pompakan ke perifer dan sianosis akan timbul. Sianosis ini tidak hanya ditangan juga terlihat pada jaringan yang berfusi darahnya baik (hangat) seperti lidah dan bagian dalam dari pipi. Ini disebut sianosis hangat atau sianosis sentral.
b) Sianosis perifer (sianosis dingin)
Jika darah mendapatkan oksigenasi yang baik di paru-paru tetapi aliran darah ke perifer sangat lambat, akan timbul sianosis dingin di pipi, bibir jari, dan sebagainya. Mekanisme dari keadaan ini adalah sebagai berikut: jantung yang sakit akan menimbulkan pengirangan curah jantun, tetapi seperti halnya pada syok jantung dan otak mendapat perioritas utama dan arteriol di perifer akan mengalami kontriksi untuk memperlambat aliran darah dan sebagian besar oksigen akan ditarik dari darah oleh jaringan perifer yang menyebabkan sianosis dingin di perifer.

B. Mekanisme dari gagal jantung
Biasanya dari pertama mengelami kegagalan ialah ventrikel kiri. Lagi pula, ventrikel kiri mempunyai tugas yang paling berat. Jika ventrikel kiri tidak mampu mempompakan darah, maka akan timbul tiga hal:
1).Darah yang tinggal di dalam ventrikel kiri lebih banyak pada akhir sistole daripada sebelumnya dan karena pengisian pada saat diastole berlangsung terus, maka akan terdapat lebih banyak darah di dalam ventrikel kiri pada akhir diastole.
2). Jika ventrikel kiri tidak mampu untuk memompakan darah yang cukup ke aorta untuk memenuhi kebutuhan dari organ-organ yang terletak di perife, berarti curah jantung sangat rendah dan juga akan menimbulkan tekanan darah yang rendah.
Noradrenalin akan disekresikan oleh ujung saraf arteriol dan adrenalin oleh medula kelenjar adrenal. Akibatnya adalah:
a. denyut jantung akan bertambah cepat yang sampai batas-batas tertentu akan memperbaiki curah jantung yang rendah.
b. Redistribusi aliran darah dengan akibat kulit menjadi dingin dan pucat ( dan mungkinjuga sianotik)
3).sistem renin-angiotensin-al desteron(sistim RAA) karena perfusi dari glomerus direabsorbsi lebih sempurna di dalam nefron dan natrium yang hilang dari air seni akan berkurang.
Pada penyakit jantung perlu di uraikan gejala-gejala yang timbul dalam 3 golongan. Namun sering terdapat tumpang tindih , diantaranya:
- Foreward failure :
Gejala pada forward failure timbul karena suplai darah tidak cukup keaorta. Pada kebanyakan pada gagal jantung yang kronik foreward failure sanghat jelas. Nadi yang cepat, tekana darah rendah, kepala terasa ringan sewaktu bekerjamerupakan gejala yang khas tetapi yang paling penting ialah rasa lelah terutama sewaktu melakukan suatu pekerjaan.
- Leftsided backward failure:
Bila ventrikel kiri tidak dapat memompakan darah yang datang dari v.pulmonalis dan atrium kiri, maka akan terjadi pengisian yang berlebihan dari pembuluh darah di paru-paru. Paru-paru menjadi kaku oleh karena banyaknya darah dan selama inspirasi “stretch receptor” dari reflex hering breuer akan diaktipkan terlalu dini. Akibatnya inspirasi secara refleks akan berhenti terlalu dini.

C. Penyakit jantung
Penyakit yang menyebabkan dekompensasi kordis, dikarnakan pada pengobatan dekompensasi kordis sangat tergantung pada penyebabnya. Dekompensasi kordis dapat disebabkan oleh kerusakan atau kelemahan otot ventrikel kir, penyebab lainnya pekerjaan memompa dari otot ventrikel yang terlalu berat untuk mengatasi tahanan
a) Pada kasus ini hipertensi terjadi dengan tiba-tiba dan selain itu terdapat ensietas, keringat yang berlebihan dan kulit pucat. Tumr ini disebut pheohromocytoma, akan tetapi pada sebagian besar kasus hipertensi penyebabnya tidak diketahui. Inilah penyebabnya penyakit dikatakan hipertensi esensial.
Terdapat beberapa bagian indikasi yang menyatakan bahwa hipertensi esensial berhubungan dengan:
1. Riwayat hipertensi dalam keluarga
2. Merokok berlebihan
3. Di beberapa negara pemakaian garam terlalu banyak
4. Dan adanya ketegangan pada saraf
Bila tahanan bertambah besar sehingga ventrikel kiri herus bekerja lebih berat (afterload) maka langkah konpensasi pertama peninggian volume akhir diastoledari ventrikel kiri yang meregang-meregang serabut otot jantung. Oleh karena itu terjadi dilatasi ventrikel kiri. Akan tetapi suatu saat otot-otot akan mengalami hifertropi, dinding ventrikel kiri menebal dan berat otot jantungakan sangat bertambah.
Irama galop terjadi karena hilangnya elastisistas dari ventrikel kiri (atau kanan) sebagai akibat dari otot jantung yang terlalu diregang atau rusak. Bila dalam fase diastole darah “ jatuh” dari atrium ke ventrikel, maka bunyi jantung ketiga akan terjadi. Ada tiga prinsif pengobatan yang harus dilakukan :
1) Bila memungkinkan, hilangkan penyebab hipertensi atau obati hipertensi dengan obat yang tidak menyebabkan kelemahan pada ventrikel kiri.
2) Batasi jumlah garam dalam makanan seerta beriakn obat yang meninggikan ekresi Na melalui ginjal.
3) Pada saat yang bersamaan harus diberikan obat yang dapat meninggikan efisiensi jantung (digitalis).
4) Kemajuan mutakhir menunjukan bahwa “ after load” dapat diturunkan dengan golongsn oabat “calsium antagonist”
Penyebab dekopensasi kordis kiri yang lain ialah penyempitan katup aorta “ stenosis “ yang menyebabkan bertambah beratnya beban ventrikel kiri, keadaan ini dapat ditemukan padayang diberikan sewaktu penyakit jantung rematik tetapi juga pada orang yang berusia lanjut. Tanda-tanda fisik stenosis aorta sangat khas, orifisium (mulut) katup sangat sempit, sehingga pada saat darah dipompakan melalui lobang tersebut akan terdengar aliran “turbulence” disertai bising sistole yang sangat keras diatas ofirisum katup pada daerah sela II sternum kanan. Bising jantung ini sangat keras sehingga terdengar oleh penderita bahkan didengar oleh keluarganya. Dalam kamar yang tenang akan terdengar suara bising jantung dari dekat tanpa menggunakan stetoskop. Bising murmur menyebar ke a.carotis. yang sangat penting, mudah dan sering dilupakan adalah bahwa pada stenosis aorta, bunyi katup aorta kedua (A2) tidak terdengar. pada perabaan naiknya nadi terasa lemah (pulpus tardus). Mulut katup zsedemikian kecilnya, sehingga pada waktu bekerja berat yang memerlukan lebih banyak darah, curahn jantung tak dapat ditambah akibatnya, pada kegiatan fisik penderita akan mengalami iskemi miokard yang berat (angina pektoris) atau iskemi otak (kolaps, sinkopi)
b) Insufisiensi dari sirkulasi energi (tenaga) yang diberiakan sewaktu darah dipompakan ( injection=sistole) sebagian digunakan untuk mempercepat aliran darah, sebagian segera disimpan sebagai tenaga elastis dengan meregang dinding aorta yang sangat elastik. Pada diastole secara berlahan-lahan tenaga elastis yang disimpan pada dinding aorta akan diubah menjadi tenaga untuk mempercepat aliran darah kejaringan perifer.
Pada orangb tua aorta dan arteri-arteri besar yang elastis seperti a.iliaca dan femaralis kehilangan elastisnya. Bila darah diopompakan ke aorta yang sudah tua tekanan darah akan naik secara tajam (melonjak) tetapi kemudian pada diastole tekanan darah menurun secara menyolok segera sesudah jantungberhenti memompa darah. Otot jantung akan mengalami hipertropi. Mekanisme ini merupakan Bagian dari penyebab memburuknya fungsi sirkulasi pada orang-orang lanjut usia.
Kadang-kadang terdapat hubungan luas yang abnormal (bypass) antara sistem arteri dan sistem vena :hubungan yang memberikan tahanan yang lebih kecil dari tahanan arteriol. Karena darah akan melalui tahanan yang lebih kecil dari tahanan arteriol. Karena darah akan melalui tahanan yang paling kecil, maka sebagian besar darah akan melalui jalan pintas ini. Oleh karena itu tekanan diastole pada aorta sangat rendah sehingga jantung harus memberikan energi tambahan untuk menjamin aliran darah ke organ-oragan tubuh. Keadaan ini akan terlihat pada penderita dengan pintasan arteri vena yang diperlukan untuk hemodialisis.
1. Gejala-gejala pada kliniknya
Penderita tampak pucat sekalipun hemoglobin normal arteri-arteri diperifer tampak berdenyut. Pada sistole a.radialis terisi penuh sekali akan tetapi pada waktu diastole kolaps (pulsus celer) kadang-kadang kepala penderita terangguk, angguk sesuai dengan siklus jantun. Pada pemeriksaan, pukulan apeks meluas dan melebar ke kiri. Waktu diastole terdengar darah mengalir dari aorta kembali ke ventrikel kiri.
2. Kasus-kasus insufiensi mitral adalah akibatb lanjurt dari demam reumatik yang menyebabkan endokarditis, akan tetapi akibat yang paling penting dan paling sering dari peradangan katup janung adalah penyempitan orifisuum katup mitral karena terbentuknya perlekatan-perlekatan diantara pinggir-pingir bebas dari daun katup, keadaan ini disebut stenoisis mitral. Pada stenosis mitral darah dari atrium sukar memasuki ventrikel kiri oleh karenanya isi ventrikel kiri relatif lebih kurang
3. Sering terjadi oklusi dari satu arteri otak yang akan menyebabkan hemiplegi; oklusi a.renalis mengakibatkan infark ginjal disertai nyeri ginjal, demam, dan hematuria, kadang-kadang arteri dari lengan atau kaki yang tersumbat dan menyebabkan ganggren, oleh karenanya penderita stenosis mitral dan fibrilasi atrium yang mengalami serangan emboli arteri, harus diobati dengan antikoagulan terus menerus.

D. Fibrilasi atrium terdapat pada penyakit-penyakit
a) Stenosis mitral
b) Insufisisnsi mitral
c) Penyakit jantung hipertensif pada setadium lanjut
d) Penyakit jantung koroner
e) Emboli paru
f) Metastasis karsinoma pada perikardium
g) Miokarditis

E. Penyakit-penyakit pada jantung merupakan golongan KE-3
penyebab dekompensasi kordis. Sebagian oleh proses inflamasi (peradangan) otot jantuing yang disebut miokarditis merupakan penyakit jantung yang sering terjadi pada anak-anak yang menderita demam reumatik akibat tonsilofaringitis yang disebabakan streptococcus. Penyebab lain ialah infeksi golongan coxackie.
Penyakit yang disebabkan oleh kolestrol dalam jumlah yang besar pada tunika intima arteri koroner, pada sebagian besar penyakit ini disebabkan terlalu banyak memakan diit yang kaya akan kolestrol (telor) serta asam lemak jenuh (mentega, susu, )faktor pembantu yang lain adalh merokok, tekanan sosial, dan teristimewa hipertensi

F. Asuhan keperawatan
Dengan istirahat dan asuhan keperawartan yang baik kebanyakan penderita miokard atau penyakit lainnya perlahan akan hilang/ sembuh, ada kecenderungan dikalangan ahlui penyakit jantung modern terkadang untuk memobilisasikan penderita beberapa hari setelah serangan. Tetapi perlu diingat bahwa menurut keterangan ahli patologi setelah infark bagian otot jantung yang nekrosis akibat infark sangat lembek selama 3 minggu pertama.pada penderita miokard sembuh menjadi jaringan perut yang keras dan setelah itu bisa beraktivitas dengan baik dan kuat, tetapi pada kasusu lain fungsi ventrikel kiri telah rusak untuk selama-lamanya dan penderita akan hidup dengan tanda gagal jantung kronik dan memerlukan terapi terus-menerus.




BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpilan
Gejala-gejala klinik sangat bervariasi dan kompleks. Dalam prakteknya sangat perlu untuk mengenal dan juga mengetahui gejala-gejala tersebut, karena pengobatan yang efektif sangat tergantung pada pengetahuan yang mendalam tentang patofisiologi.
Dengan istirahat dan asuhan keperawartan yang baik kebanyakan penderita miokard atau penyakit lainnya perlahan akan hilang/ sembuh, ada kecenderungan dikalangan ahlui penyakit jantung modern terkadang untuk memobilisasikan penderita beberapa hari setelah serangan.


















DAFTAR PUSTAKA
Buece,F.J.1979.COLLEGE PHYSICS.Mc Graw Hill book company:New york.
Muhamad,marulam pangabean. 2005.ILMU PENYAKIT DALAM.Rineka cipta:Jakarta.
S.P.Gultom.2005.ILMU PENYAKIT DALAM.Rineka cipta:Jakarta.
Herdin,sibuae.W.2005.ILMU PENYAKIT DALAM.Rineka cipta:Jakarta.
Wolkenstein,V.S.1971.PROBLEMS IN GENERAL PHYSICS.MIR Publiser:Moscow.
www.penyakit jantung reumatik.com
www. Demam pada penyakit jantung.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami tentang “gangguan haid” meskipun masih banyak kekurangannya dalam pembuatan laporannya.
Kami ucapakan banyak terima kasih kepada kelompok kami karena atas kerja samanya tugas ini dapat selesai dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan bimbingannya kepada kami, karena tanpa bimbingannya kami tidak akan bisa mengerjakan tugas ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini kami belum bisa memberikan yang terbaik tapi mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya bagi teman-teman.
Ada peribahasa mengatakan tiada gading yang tak retak, kami menyadari atas kekurangan pembuatan makalah ini maka kritik dan saran pembaca maupun dosen yang sifatnya membangun ,kami terima dengan lapang dada demi membuat makalah ini lebih sempurna.



Garut , 10 maret 2011

Penyusun


Daftar isi
KATA PENGANTAR 1
Daftar isi...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Masa-masa kehidupan wanita 4
a. Masa bayi 4
b. Masa kanak-kanak ...........4
c. Masa pubertas .........4
d. Masa reproduksi .....6
e. Masa klimakterium .......7
f. Masa menopouse .......7
B. Siklus haid 7
C. Gangguan haid 9
1. Amenore 8
2. Sindrom paramentruasi (PMS) 8
3. Dismenore 8
4. Menoragia 8
5. Perdarahan abnormal 8
BAB III PENUTUP 8
 Kesimpulan 8

Daftar pstaka 8


BAB I
PENDAHULUAN

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Menstruasi merupakan pendarahan bulanan yang berasal dari pelapis rahim melalui vagina pada wanita yang seksual dewasa dan tidak hamil. Lamanya pendarahan menstruasi rata-rata berlangsung antara 3-5 hari dengan siklus rata-rata 28 hari. Dalam kondisi normal, menstruasi tidak menyebabkan gangguan yang cukup berarti.
Teori histogenesis menerangkan bahwa endometriosis terjadi akibat adanya regurgitasi tuba epitel menstruasi – implantasi jaringan endometrium pada tempat abnormal tersebut. Faktor determinasi yang diperkirakan abnormal adalah regurgitasi darah haid / menstruasi retrograd (darah haid yang tidak keluar melalui serviks mengalir ke tuba – ovarium dan keluar ke rongga peritoneum) kemudian tumbuh berkembang karena organ yang ditempati tidak mengadakan reaksi penolakan (karena bukan benda asing / antigen). Namun pada sebagian wanita, menstruasi terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menjadi sangat menyiksa karena rasa sakit yang luar biasa (dymenorrhoea).
Terlambat haid atau menstruasi yang tidak teratur juga patut diwaspadai karena itu berarti telah terjadi abnormalitas pada siklus menstruasi.Rasa nyeri yang timbul selama menstruasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya faktor ketidakseimbangan hormon, yaitu terjadinya peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan.
Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis, seperti stress, depresi, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan seksual pada wanita
a. Masa Bayi
Pengetahuan perkembanagan organ seksual semenjak bayi sangat penting dipahami karena akan menenukkan perkembangan selanjutnya. Pada seorang bayi wanita yang lahir cukup bulan perkembangan alat kelamin dalamnya telah selesai dan di dalam indung telurnya (ovarium) telah mengandung 750.000 butir sel telur yang belum matang (folikel primodial). Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sudah tetap dan tidak akan bertambah lagi jumlahnya pada kehidupan selanjutnya. Pada saat ini juga alat kelamin luar, tuba, rahim dan vagina telah terbentuk dengan sempurna dan sudah berfungsu secara maksimal.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya pengaruh hormonal. Pada minggu pertama dan kedua setelah kelahiran bayi, hormon estrogen ibu yang masuk ke bayi melalui plasenta selama kehamilan masih mempengaruhi bayi. Hal tersebut menyebabkan rahim bayi yang baru lahir agak lebih besar daripada rahim seorang balita. Selain itu, sampai 10 hari sejak kelahirannya hormon tersebut juga dapat menyebabkan pembengkakan payudara baik pada bayi wanita maupun pada bayi pria.
b. Masa Kanak-Kanak
Pada perkembangan selanjutnya yaitu masa kanak-kanak perkembangan alat kelamin wanita tidak menunjukkan perkembangan yang berartisampai menjelang masapubertas. Hal ini disebabkan oleh minimnya perangsangan oleh hormon kelamin dimana kadar hormon estrogen dan gonadotropinnya sangat rendah. Keasaman vagina yang berfungsi melindungi alat kelamin dari infeksi pada masa ini rendah sehingga rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu diperlukan peranan orang tua dalam merawat kebersihannya sehingga si kecil akan aman dari ancaman infeksi yang berbahaya bagi perkembangan selanjutnya.
c. Masa Pubertas
Dalam siklus kehidupan masa pubertas merupakan tahapan yang pentingdalam perkembangan seksualitasnya. Tidak ada batasan waktu yang tegas mengenai masa peralihan antara masa kanak-kanak menjadi dewasa ini. Namun pada wanita umumnya masa pubertas di mulai pada saat usia 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Awal pubertas berbeda-beda untuk tiap individu tergantung dari bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Dengan bertambah baiknya gizi seorang anak maka masa pubertasnya dapat terjadi lebih cepat. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi secara mantap dan teratur.
Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat, menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan (pubis), pembesaran payudara. Perubahan tersebut sebagian besar terjadi karena pengaruh peningkatan hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur yang sudah mulai berfungsi. Pertumbuhan tubuh yang sangat pesat ini juga dipengaruhi oleh hormone androgen yang kira-kira secara bersamaan dihasilkan oleh kelenjar anak ginjal. Hormon ini memegang peranan dalam pertumbuhan badan.
Hormone estrogen juga berpengaruh pada pertumbuhan alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Dalam masa pubertas alat kelamin dalam dan alat kelamin luar lambat laun tumbuh baik bentuk dan sifatnya seperti pada masa dewasa. Androgen dilepaskan selama adrenarche yang bias menyebabkan sekresi hormon pubertas. Usia kejadian pubertas dan kecepatan pubertas terutama dikontrol oleh genetik. Peningkatan estrogen menyebabkan thelarche (misalnya perkembangan payudara), suatu indicator yang dapat diamati atau sekresi estrogen. Indicator lain daro sekresi estrogen adalah :
1. Distribusi lemak tubuh.
2. Maturasi tulang.
3. Sekresi mukosa servik.
4. Vaginal cell cornification.
5. Adanya proliferasi endometrium pada saat biopsy.
6. Pengukuran estradiol plasama.
Indikator lain yang berhubungan dengan awal pubertas :
1. Umur tulang.
2. Kandungan cairan tubuh.
3. Critical lean body weight.
4. Leptin yang dihasilkan sel lemak.
Variable yang mempengaruhi usia pubertas termasuk indeks massa tubuh, rasio kritis BB/TB,maturasi tulang dan persesntase lemak tubuh. Korelasi lain seperti riwayat kesehatan, intake protein, jumlah aktivitas harian dan kecenderungan keluarga atau genetic.
d. Masa Reproduksi
Merupakan masa terpenting pada wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun Pada masa ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara seksualitas sudah siap untuk memiliki keturunan. Menstruasi pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat reproduksi yang dipengaruhi hormone cukup baik untuk kehamilan. Pada keadaan normal, masa reproduksi di mulai ketika sudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi. Lamanya masa reproduksi sangat bergantung pada cadangan folikel yang masih tersedia dalam ovarium. Pada msa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Setelah berusia 40 tahun kesuburan (fertilitas)seseorang wanita akan menurun.
e. Klimakterium
Klimakterium bukan keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudan menopouse. Kita menjumpai kesulitan dalam menentukan awal dan akhir klimakterium, tapi dapat dikatakan bahwa klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopouse,berdasarkan keadaan endoktrinologik (kadar estrogen muulai turun dan kadar hormon gonadotropin naik), dan jika ada gejala-gejala klinis.
Klimakterium kira-kira berakhir 6-7 tahun sesudah menopouse, pada saat ini kadar estrogen telah mencapai nilai yang rendah yang sesuai gengan keadaan senium, dan gejala-gejala neurovegetatif telah berhenti. Dengan demikian lama klimaktreium kurang lebih 13 tahun.
f. Masa Menopouse
Penurunan fungsi indung telur mengakibatkan menurunnya hormone-hormone yang berperan pada siklus seksual. Ciri khas dari masa menopause ini ditandai dengan berakhirnya menstruasi. Seorang wanita dikatakan berada pada masa ini setelah sekurang-kurangnya dalam satu tahun tidak mengalami menstruasi. Berhentinya menstruasi dapat didahului oleh siklus menstruasi yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Masa ini berbeda-beda untuk tiap individutergantung dari keturunan, kesehatan secara umum dan pola kehidupan. Pada saat ini terdapat kecenderungan masa menopause terjadi pada masa yang lebih tua. Hal tersebut tampaknya berhubungan dengan terjadinya menarche. Makin dini menarche terjadi maka makin lambat menopause timbul sampai batas tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini dirasakan oleh seorang wanita dengan derajat yang ringan hingga berat. Gangguan yang terjadi antara lain rasa panas, keringat yang banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, perasaan jantung berdebar-debar. Gangguan psikologois dapat juga timbul seperti depresi, mudah tersinggung, kelelahan, semangat berkurang dan susah tidur. Selain itu tubuh juga mengalami beberapa perubahan antara lain mengecilnya alat-alat kelamin(indung telur, rahim dan dinding vagina), arthritis(radang sendi), kekakuan pembuluh darah jantung, gangguan pada proses berkemih, dan penimbunan lemak. Namun semua itu akan dapat dilalui oleh seorang wanita dengan baik tanpa perubahan dalam kehidupan yang bermakna jika disertai dengan dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri dan dari pasangan.
Bayi wanita yang baru lahir dalam ovariumnya dijumpai data sebagai berikut:
• Baru lahir : 750.000 primer ovum.
• Umur 6-15 tahun : 439.000 primer ovum.
• Umur 16-25 tahun : 159.000 primer ovum.
• Umur 26-35 tahun : 59.000 primer ovum.
• Umur 36-45 tahun : 34.000 primer ovum.
• Menopause: menghilang semuanya.

B. Siklus Haid
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai. Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dengan GEATEL ®. Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.
C. GANGGUAN HAID

Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.
Perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Menstruasi merupakan pendarahan bulanan yang berasal dari pelapis rahim melalui vagina pada wanita yang seksual dewasa dan tidak hamil. Lamanya pendarahan menstruasi rata-rata berlangsung antara 3-5 hari dengan siklus rata-rata 28 hari. Dalam kondisi normal, menstruasi tidak menyebabkan gangguan yang cukup berarti.
Namun pada sebagian wanita, menstruasi terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menjadi sangat menyiksa karena rasa sakit yang luar biasa (dymenorrhoea).
Terlambat haid atau menstruasi yang tidak teratur juga patut diwaspadai karena itu berarti telah terjadi abnormalitas pada siklus menstruasi.Rasa nyeri yang timbul selama menstruasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya faktor ketidakseimbangan hormon, yaitu terjadinya peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan.
Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis, seperti stress, depresi, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10 hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis lainnya.
1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:
• Payudara menjadi lembut dan bengkak
• Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
• Tidak tertarik seks (libido menurun)
• Jerawat berkala
• Perut kembung atau kram
• Sakit kepala atau sakit persendian
• Sulit tidur
• Sulit buang air besar (BAB)
3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat antinyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.


4. Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia. Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah. Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
• Pendarahan di antara periode menstruasi
• Pendarahan setelah berhubungan seks
• Perdarahan setelah menopause
Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter Anda mungkin memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.
Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.


BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Masa-masa kehidupan wanita :
Masa reproduksi
Masa Klimakterium
Menopause
Senile
pasca Masa menopause

Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium. Gangguan-gangguannya adalah :
Amenore
Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Dismenore
Menoragia
Perdarahan Abnormal

Daftar pstaka

Sidharta P, Dewanto G. Diensefalon : Anatomi Susunan Syaraf Pusat Manusia.l'T. Dian Rakyat. Jakarta, 1986 : 170-89.
Molitch ME, Snyder PJ. Neuroendocrinology and the Pititary, [n: Felig P, Frohman LA_ Endocrinologi & Metabolism. 4 `h Ed , McGraw-Hill, Inc Company. New York, 2001 111-211.
Junqueira LC, Carneiro JC. Hipofisis dan Hipotalamus, dalam: Histologi Dasar. Ed ke 3, CV EGC. Jakarta, 1989: 410 – 21
Cunningham GF, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno, Gilstrap, Hankins, et.al. Pituitarv Desease in Endocrin Disorder, Williams Obstetric, 2 I'h Ed. Appleton and Lange. Philadelphia, 2001: 1352-54
Jacoeb TZ. Hipotalamus dan Hipofisis : Endokrinologi Reproduksi pada Wanita dalam: Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, ed. kedua. Jakarta, 1997 : 44-55
Yen SSC. Neuroendocrinology of Reprodution. In : Yen, Jaffe, Barbieri. Reproductive Endocrinology Phisiologry, Pathoph_ysiology, Clincal Management. 4 th ed. W.B. Sauders Company. Philadelphia, 1999: 30-80.

Senin, 20 Desember 2010

hormon

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami tentang “Hormon Yang Terkait Dengan Eliminasi“ meskipun masih banyak kekurangannya dalam pembuatan laporannya.
Kami ucapakan banyak terima kasih kepada kelompok kami karena atas kerja samanya tugas ini dapat selesai dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan bimbingannya kepada kami, karena tanpa bimbingannya kami tidak akan bisa mengerjakan tugas ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini kami belum bisa memberikan yang terbaik tapi mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya bagi teman-teman.
Ada peribahasa mengatakan tiada gading yang tak retak, kami menyadari atas kekurangan pembuatan makalah ini maka kritik dan saran pembaca maupun dosen yang sifatnya membangun ,kami terima dengan lapang dada demi membuat makalah ini lebih sempurna.



Garut , Desember 2010

Penyusun





DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. ADH
b. Kelebihan ADH
c. Aldosteron
d. Prostaglandin
e. Gukokortikoid
f. Prolaktin
g. kortikosteroid
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN
Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
Dalam pembuatan makalah ini akan dibahas atau dijelaskan tentang hormon yang berkaitan dengan eliminasi.
BAB II
PEMBAHASAN

HORMON-HORMON YANG TERKAIT DENGAN ELIMINASI
A. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel ( Frandson,2003 )
Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan kanal air ke dalam membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi air pada tubulus distal dan duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).
Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.
B. KELEBIHAN ADH
Sering kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal, karena stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor (terutama small cell carsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria). Konsentrasi komponen urin yang sukar larut dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan pembentukan batu urin (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan osmolaritas ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan sel. Hal ini terutama berbahaya jika menyebabkan edema serebri.
Terjadi jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis yang diturunkan secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit autoimun, atau trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi lain, ADH mungkin gagal mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang dieksresikan normal, misal pada kerusakan kanal air, atau jika kemampuan pemekatan ginjla terganggu, seperti pad defisiensi K+, kelebihan Ca2+, atau inflamasi medilla ginjal. Penurunan pelepasan ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat dalam jumlah besar dan dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan dipaksa mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak air (polidipsia). Jika osmoreseptor dihipotalamus rusak, defisiensi ADH akan disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan menjadi sangat nyata.
C. ALDOSTERON
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah.
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson, 2003)
Aldosteron merupakan bagian dari sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron). Pengukuran rasio aldosteron dalam plasma darah sering disebut sebagai plasma aldosterone concentration, pac yang digunakan sebagai perbandingan terhadap plasma renin activity, pra, lebih lanjut disebut rasio pac/pra.
Kelebihan aldosteron (aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi, kelemahan dan kadang kelumpuhan perioidik.
Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
Hiperaldosteronisme bisa disebabkan oleh suatu tumor (biasanya jinak) pada kelenjar adrenal (suatu keadaan yang disebut sindroma Conn). Hiperaldosteronisme bisa menyebabkan rendahnya kadar kalium, sehingga terjadi kelemahan, kesemutan, kejang otot dan kelumpuhan. Sistem saraf bisa tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Beberapa penderita merasakan haus yang berlebihan dan sering berkemih, dan penderita lainnya ada yang mengalami perubahan kepribadian.
Gejala hiperaldosteronisme juga berhubungan dengan pemakaian kayu manis, yang mengandung zat kimia yang sangat menyerupai aldosteron. Kadang seseorang yang makan permen dengan rasa kayu manis dalam jumlah yang sangat banyak bisa mengalami semua gejala dari hiperaldosteronisme. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium dan aldosteron. Pemeriksan EKG bisa menunjukkan adanya kelainan yang disebabkan oleh rendahnya kadar kalium.


D. PROSTAGLANDIN
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003)
Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi.
Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi."
Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa.
Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2, misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB.
Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin.
E. GUKOKORTIKOIDTID
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
 Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.



Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks
Menghasilkan :
• Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison)
Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
F. HORMON PROLAKTIN
hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida berdasarkan sekuen asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang terdapat pada anterior pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi pada mamalia.
 Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa (vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.
a) Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
b) Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.
 Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
 Struktur gen Prolaktin.
Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan dan placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama persis.
 Efek prolaktin pada beberapa organ:
Organ Efek
Glandula mamae Sintesis DNA
Proliferasi sel
Sintesis protein susu
Sintesis FFA
Sintesis laktosa
Tumor mammary Prolaktin-induced protein
Ovary Corpus Luteum:
Maintenance atau regresi
Limfosit Immunostimulasi
Ovary dan testis Steroid biosintesis
Liver Sintesis RNA
Stimulasi dekarboksilasi ornitin
Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi

 Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi
Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan normal. Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria ibu. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai sembilan bulan.
 Reflek peghasilan susu atau reflek prolaktin
Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin.
 Regulasi sekresi
Walaupun sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh neurosecretory releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat berlawanan. Yaitu hipotalamus mensintesis ‘prolactin inhibitory factor’ (PIF). Pada keadaan normal, sejumlah besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi, pembentuk PIF sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mensekresi prolaktin dalam jumlah yang tak dihambat.
Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin pada manusia:
Increase
Stimulasi Nipple
Stress (termasuk psychogenik)
Sleep (stage I dan II dan REM)
Stalk section
Penyakit pituitari dan cerebral
Prolaktinoma
TRH
Kehamilan
Estrogen
Hypotiroidism
Adrenal insuffisiency
Obat-obatan yang menghambat dopamine
Decrease
Dopamine (seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine)
GAP atau PIF



G. kortikosteroid (glukokortikoid dan mineralokortikoid)
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian hormon, untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.
Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi dermatologi :
1. Anti Inflamasi
Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi).
Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga menghambat manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas, pengumpulan kolagen, dan pembentukan sikatrik (FKUI)
2. Imunosupresi
Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh. kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel linfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu, kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala klinik suatu reaksi hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi kortikosteroid mempunyai efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan pada reaksi alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid (FKUI).

3. Anti proliferasi
Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel, menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit.




















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
dari pembahaan diatas dapat disimpulkan bahwa hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi diantaranya:
ADH hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi adh dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin, Dan mineral kartikoid.






Daftar Pustaka

Anonimous. www.scribd.com/doc/7395182/Bab-2-Fisiologi-Penyusuan
Fox S, I. 2004. Human Physiology eighth Edition. McGraw Hill Comp. New York.
Ganong, W. F. 1993. Review of Medical Physiology. Appleton & Lange. USA.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Kimball J.W,. 1983. Biologi edisi Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Many. T, N. 1990. Hormone from Molecular to disease. Chapman and hall. New York.